Kembali

Banjir Rob Melanda Re. Martha Dinata: Warga Terjebak di Antara Gelombang Pasang dan Perubahan Iklim

Banjir Rob Melanda Re. Martha Dinata: Warga Terjebak di Antara Gelombang Pasang dan Perubahan Iklim

Author : Rifky Maulana

Jakarta, 4 November 2025 Gelombang pasang ekstrem yang diperparah oleh hujan lebat menyebabkan banjir rob di wilayah pesisir Re. Martha Dinata, Jakarta Utara, pada pagi ini. Lebih dari 500 keluarga harus mengungsi akibat bencana ini, menghadapi kerugian materi mencapai miliaran rupiah dan trauma psikologis yang mendalam.

Seorang korban bernama Siti Nurhaliza mengungkapkan bagaimana banjir tersebut bukan hanya bencana alam biasa, melainkan juga dampak nyata dari perubahan iklim yang mengancam masa depan masyarakat pesisir. Siti menceritakan, pada pukul 04.00 WIB air laut tiba-tiba naik sehingga merendam rumah panggungnya hingga setinggi lutut. Ia mengatakan, "Segala sesuatu yang saya miliki hilang dalam sekejap."

Siti juga menjelaskan bagaimana air asin merusak struktur kayu rumah dan perabotan, sementara anak-anaknya menangis ketakutan saat banjir mulai masuk. Rumahnya, yang selama ini menjadi tempat berteduh keluarga, mengalami kerusakan yang diperkirakan mencapai Rp 50 juta.

Proses evakuasi yang dialami warga, menurut Siti, terasa sangat kacau. Ia mengungkapkan, "Kami harus meninggalkan rumah tanpa membawa apa pun selain pakaian basah dan sedikit makanan." Ratusan keluarga lain juga mengungsi ke posko darurat yang disediakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta.

BPBD DKI Jakarta mencatat kerusakan besar dan mengatakan bahwa pasar ikan tempat banyak korban mencari nafkah tutup total, sehingga memperburuk dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat. Kepala BPBD Arief Wibowo menyatakan, "Dampak ekonomi dari banjir ini sangat signifikan dan memerlukan perhatian serius dari pemerintah."

Dari sisi perkiraan cuaca , BMKG menjelaskan bahwa banjir ini disebabkan oleh gelombang pasang yang mencapai tinggi 1,2 meter, diperparah oleh curah hujan ekstrem dan kondisi cuaca buruk. Kepala BMKG Stasiun Jakarta, Endang Susilo, menambahkan, "Fenomena pasang maksimum yang bertepatan dengan hujan lebat menyebabkan kenaikan air yang sangat cepat, sehingga daerah pesisir seperti Re. Martha Dinata menjadi sangat rentan."

Ahli lingkungan dari Universitas Indonesia, Dr. Rina Sari, menegaskan bahwa banjir rob ini merupakan dampak langsung dari perubahan iklim dan penurunan muka tanah yang semakin memperburuk situasi. Ia menyatakan, "Tanpa pembangunan infrastuktur tanggul permanen, banjir akan terus berulang setiap musim hujan."

Siti pun menegaskan kekhawatiran tersebut dan mendesak pemerintah untuk segera bertindak. Ia meminta, "Pemerintah harus cepat membangun tanggul dan memberikan kompensasi yang layak kepada kami agar kami bisa hidup dengan aman kembali."

Korban dan komunitas setempat kini menunggu bantuan segera untuk memulihkan kondisi pascabencana. Siti menambahkan, "Kami hidup dalam ketakutan dan berharap pemerintah bertindak sebelum semuanya terlambat."